Berita


Kerajinan Bambu Dimasa Pandemic Covid-19

09 Juli 2021 Berita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bambu merupakan tumbuhan berumpun, berakar serabut yang batangnya bulat berongga, beruas, keras, dan tinggi (antara 10-20m) digunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Sedangkan kerajinan dalam KBBI diartikan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Kerajinan bambu berarti barang hasil keterampilan atau kerajinan tangan yang bahan utamanya adalah bambu.

Di Indonesia, bambu telah dimanfaatkan sejak jaman dahulu sebagai bahan pengganti kayu untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Bambu sendiri merupakan tanaman dengan siklus pertumbuhan kategori tinggi di dunia. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm perhari tergantung dengan kondisi iklim, tanah dan jenis spesiesnya. Mudahnya pertumbuhan bambu mendukung ketersediaan bambu di pasaran melimpah sehingga banyak pengrajin yang memanfaatkan bambu sebagai bahan utama dalam pembuatan kerajinan.

Baru – baru ini tim monitoring Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY melakukan monitoring ke lapangan dengan sasaran sentra kerajinan bambu di sentra IKM bambu Dlingo Kabupaten Bantul. Wawancara dengan anggota yang sentra IKM bambu menghasilkan beberapa point penting yang dapat diambil. Beberapa poin diantaranya adalah

1.   Kerajinan bambu tidak terlalu terdampak dengan adanya pandemi covid-19, terbukti dengan produksi yang terus berjalan.

2.   Tidak ada kendala dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku untuk produksi di dapatkan dari luar DIY sedangkan untuk bahan baku lokal DIY mayoritas difungsikan sebagai tabungan dan baru digunakan ketika ada kebutuhan mendesak.

3.   Aspek pemasaran saat ini juga lebih berkembang para pengrajin memanfaatkan pemasaran online melalui marketplace yang tersedia. Pemasaran online sudah mencakup seluruh wilayah di Indonesia, dengan produk yang paling laris dipasaran adalah kotak hampers bambu. Selain pemasaran online, pemasaran secara konvensional juga masih berjalan dengan cara pengepul datang pada hari-hari tertentu.

4.   Regenerasi pengrajin bambu juga cukup baik karena banyak anak – anak muda yang turut menjadi pengrajin bambu.

5.   Kendala yang dihadapi mayoritas pengrajin adalah manajemen usaha yang masih tradisional, karena pengrajin sudah menjadi bisnis turun-temurun sehingga masih menggunakan pola bisnis yang diajarkan pendahulunya.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, Disperindag DIY dapat merencanakan pola pelatihan dan pembinaan yang berkaitan dengan manajemen usaha kepada para pengrajin di sentra tersebut. Diharapkan pada masa yang akan datang para pengrajin dapat mengembangkan usahanya dengan baik dan lebih professional sehingga dapat membuka pasar yang lebih luas lagi.