Artikel


Perlu Kreativitas dalam Pemasaran

20 Mei 2020 Artikel

Dalam rangkaian aktivitas bisnis, pemasaran merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Pemasaran dalam suatu aktivitas bisnis memilik peran sangat penting karena merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan pelanggan, sehingga terjalin hubungan dengan para pelanggan. Kegiatan pemasaran dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mengembangkan usaha guna memperoleh keuntungan. Ebert dan Griffin dalam bukunya yang berjudul Business Essentials, mendefinisikan pemasaran sebagai: “an organizational function and a set of processes for creating, communicating, and delivering value to customers and for managing customer relationships in ways that benefit the organization and its stakeholders”

Intinya adalah bagaimana perusahaan menyampaikan value kepada customer dan tercapainya benefit bagi perusahaan beserta stakeholder terkait. Caranya bagaimana, tentu masing-masing mempunyai pendekatan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Secara garis besar pemasaran memiliki 2 (dua) pendekatan. Pertama, pemasaran adalah sebuah seni yang penuh dengan nilai kreativitas dan pengembangan antar pribadi. Pendekatan ini cenderung humanistik dan banyak digunakan di Amerika dan Inggris. Kedua, pemasaran adalah sesuatu yang sistematik, terukur, taat azas dan ajek. Pendekatan ini cenderung bersifat kaku dan kuantitatif. Negara yang banyak menggunakan pendekatan ini adalah Jerman.

Pertanyaannya sekarang adalah, Indonesia lebih cocok menggunakan pendekatan yang mana? Kreatif atau sistematik? Sebenarnya tidak ada ketentuan baku harus menggunakan pendekatan yang mana. Bisa saja seorang marketer atau sales (sebutan untuk orang yang melakukan aktivitas pemasaran) menggunakan cara yang runtut sebagaimana textbook yang dia pelajari. Namun bisa juga seorang marketer menggunakan cara-cara yang tidak biasa (out of the box) atau “nyeleneh” dalam memasarkan produknya. Sebagai contoh pakar marketing Tung Desem Waringin pada Tahun 2018 menyebarkan uang 100 juta rupiah dengan pecahan Rp 1.000, Rp 5.000 sampai Rp 10.000 dari sebuah helikopter pada 1 Juni 2018 diatas langit Jakarta Selatan. Aksi ini dilakukan untuk mempromosikan bukunya yang berjudul Marketing Revolution. 

Gila.. ya, 100 juta rupiah memang bukan angka yang kecil. Namun TDW (panggilan akrab Tung Desem Waringin) punya pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang. Tidak lebih dari hitungan jam setelah aksinya tersebut, seperti yang sudah diperkirakannya, banyak media yang meliput. Bahkan, media asing pun memberitakan aksinya. Lalu apa untungnya dengan diliput banya media? Bagaimana dengan uang 100 juta rupiah yang telah TDW sebarkan? Setelah aksinya itu, nama TDW semakin meroket, banyak yang searching di internet untuk mengetahui lebih dalam sosok pakar marketing tersebut. Karya-karyanya menjadi laris manis, bahkan buku Marketing Revolutin karyanya yang dijual seharga 200 ribu rupiah mencapai penjualan yang menakjubkan, 8 miliar rupiah.
Apa pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas? Pemasaran adalah proses kreatif. Semakin unik dan nyeleneh cara yang digunakan dalam pemasaran, semakin besar kemungkinan pesan ide itu bisa di terima oleh target. Sepanjang tidak bertentangan dengan aturan dan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat. Pakar marketing internasional, Philip Kotler, mengatakan bahwa:
“Marketing is the art of identifying and understanding customer needs and creating solutions that deliver satisfaction to the customer, profits to the producers and benefits for the stakeholders”
Jadi apapun pendekatan yang digunakan, pemasaran mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu memberikan value kepada pelanggan, adanya profit bagi produsen, dan adanya benefit bagi para stakeholder terkait.

Ditulis oleh:
Rendro Prasetyo, ST, M.Eng
Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan Ahli Muda
Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY

*) Artikel ini juga diterbitkan di kumparan.com pada 12 Mei 2020