Artikel


Tradisi dan Peluang Ekonomi Di Bulan Ramadhan

12 Mei 2020 Artikel

Bagi umat muslim, Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Bulan suci penuh ampunan, dimana setiap pahala ibadah dilipatgandakan oleh Allah SWT. Ketika datangnya bulan suci Ramadhan, umat muslim menyambut dengan suka cita dan mempersiapkan segala sesuatunya baik yang bersifat lahiriyah maupun batiniyah. Salah satu hal yang cukup menarik ketika bulan Ramadhan datang adalah semarak jajanan yang berada di hampir semua ruas jalan se-Indonesia. Ada yang menyebut jajanan tersebut dengan istilah ta’jil. Namun disini penulis tidak menggunakan istilah tersebut karena takut justru mengaburkan makna dari ta’jil yang sesungguhnya.

Meskipun tengah dilanda pandemi Covid-19, saat ini masih terdapat beraneka ragam makanan yang dijajakan oleh masyarakat tatkala bulan Ramadhan. Mulai dari yang rasanya manis, asin, pedas, hingga gurih. Mulai dari yang warnanya putih, cokelat, merah, hingga hijau. Hampir semuanya ada, berwarna-warni menambah semaraknya bulan suci Ramadhan.

 

Tradisi dan peluang

Fenomena banyaknya jajanan ketika bulan Ramadhan merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin berkembang. Tak heran apabila kondisi perekonomian akan terangkat saat bulan Ramadhan tiba. Bagi masyarakat, fenoma seperti ini menjadi peluang untuk berkarya sekaligus menambah penghasilan sembari menunggu waktu berbuka puasa. Tidak sedikit masyarakat yang menjadi penjual “dadakan” saat bulan Ramadhan. Mahasiswa dan pelajar pun seakan juga tidak mau melewatkan kesempatan seperti ini untuk menambah uang saku mereka. Lalu bagaimana pemerintah daerah mensikapi fenomena seperti ini? Sikap pemerintah daerah berbeda-beda antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Ada yang dibiarkan begitu saja, namun ada pula yang “dikemas” dengan lebih menarik. Beberapa pemerintah daerah dengan jeli melihat tradisi ini sebagai peluang untuk menambah pendapatan asli daerah, menarik wisatawan, ataupun sekedar mem-branding wilayahnya. Singkat kata, fenomena banyaknya jajanan menjelang berbuka puasa di bulan Ramadhan merupakan tradisi yang dapat memberikan peluang bagi siapa saja mulai dari pemerintah daerah, masyarakat umum, hingga pelajar dan mahasiswa.

 

Berburu simpati

Sebagai masyarakat yang menjajakan barang dagangannya menjelang waktu berbuka di bulan Ramadhan, tentu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menarik simpati calon pembeli. Barang-barang dagangannya akan dikemas sedemikian rupa sehingga memberikan penampilan yang menarik. Hal ini sangat penting mengingat banyak sekali barang dagangan sejenis yang dijual di lokasi berdekatan. Naluri masyarakat sebagai penjual tersebut ternyata sejalan dengan konsep teori bahwa kemasan barang dagangan harus memberikan kesan “look at me”. Maksudnya adalah hanya dengan melihat kemasannya saja, calon pembeli akan tertarik untuk melihat lebih jauh dari barang yang dijajakan tersebut. Dengan kata lain, kemasan dagangan yang menarik akan dapat mempengaruhi kondisi psikologis calon pembeli hingga akhirnya barang tersebut dilihat, didekati, dan dibeli.

 

Cermati sebelum membeli

Aneka jajanan yang berwarna-warni tentu sangat menggugah selera terlebih disaat menjelang berbuka puasa. Disaat perut sudah keroncongan, banyak sekali godaan untuk membeli. Namun sebagai pembeli, kita harus mampu menahan diri dan juga cermat dalam memilih jajanan. Dalam media massa kita melihat banyaknya pedagang-pedagang nakal yang sengaja menjajakan makanan tidak sehat. Mulai dari bahan baku utama hingga bahan penolong seperti pewarna yang sebenarnya bukan untuk makanan. Hal ini diperparah dengan ketidaksengajaan penjual sehingga menjadikan makanan yang dijajakan tidak sehat. Contohnya ketika ada yang jualan makanan dipinggir jalan tanpa dikasih tutup yang memadai, banyak debu beterbangan dan asap dari kendaraan akhirnya menempel dalam makanan tersebut. Mungkin penjual tidak sengaja karena bisa jadi mereka tidak sampai memikirkan dampak negatif yang muncul. Instansi yang bertugas mengawasi peredaran makanan pun tidak mungkin sanggup untuk memantau satu per satu barang dagangan yang dijajakan karena jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, kehati-hatian kita sendiri lah yang dapat meminimalisir dampak negatif dari membeli jajanan di pinggir jalan saat menjelang berbuka di bulan Ramadhan. Lihat dengan cermat kondisi fisik jajanan yang akan dibeli. Pilihlah jajanan yang Anda yakin bersih, higienis, dan komposisinya tidak akan menggangu kondisi kesehatan tubuh kita.

 

*) Rendro Prasetyo, ST, M.Eng, Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY